Senin, 04 Januari 2010

Tak sampai sepuluh menit,mereka telah sampai didepan UNLAM.tepat dijalan masuk berdiri gapura yang bertuliskan Fakultas Kedokteran.lalu Ibnu pun menghentikan laju motornya.

"Sampai sini aja yah?"kata Ibnu
"Inggih,makasih ka'ai.O ya kak,nanti jam sebelas jemputin Rabi yah.habis itu antar Rabi lagi ketempat teman ulun yah."sambut Rabi setelah turun dari motor
"Hah!kan katanya cuma ngatarin aja,kenapa jadi minta diantarkan ketempat temanmu juga.gak ah,gak mau...!"elaknya
"Aduh kak Ibnu ini,takut banget sih.gak bakal ditilang deh,kan Rabi sudah bilang kalau tangannya Rabi lagi keseleo,jadi gak berani bawa motor.kakak mau tanggung jawab kalau nanti terjadi apa apa dijalan?"jelas Rabi setengah mengancam
Mendengar sepupunya bicara seperti itu,Ibnu seakan tak bisa berkutik lagi dibuatnya
"Tapi kan..."
"Tapi apa?sudah kak Ibnu tenang aja,gak jauh kok tempatnya"
"Benar yah!"
"Inggih.pokoknya kakak harus antarin ulun sampai..."
"Sampai apa....?"
"Sampai tangan Rabi gak keseleo lagi.hehe.."
"Aduh payah banget ni anak."

Rabi pun cekikikan dibuatnya.ia puas bisa mengerjai kakak sepupunya itu.sedang Ibnu,hanya bisa pasrah.rasa khawatirnya lebih besar daripda malasnya.

"Ya sudah kuliah sana!"
"Okey dah kakak ulun.hehehe,Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam,hati hati"

Perlahan Rabi meninggalkannya.dari belakang Ibnu memandangi adik sepupunya itu penuh haru.dalam hatinya ada rasa iri yang merasuk
"Beruntungnya kamu Rabi,bisa sekolah hingga kuliah.sadang aku...Aliyah saja tak selesai,bisa jadi apa...?"lirihnya dalam hati

Kemudian ia usap wajahnya dengan tangan.ia coba buka lagi pikirannya.bukan masalah lulusan apa,tapi setelah keluarnya akan jadi apa.berguna atau tidak bagi yang ada disekelilingnya.kalaupun bisa lulus sampai S.1.tapi kalau ujung ujungnya jadi pengangguran dan tak mampu berbuat apa apa untuk masa depannya,buat apa?tak apalah hanya lulusan SMP atau Tsanawiyah,tapi berguna bagi mereka yang ada disekelilingnya.itu lebih.ya walau pun saat ini,ia belum punya kerjaan yang tetap.tapi setidaknya kehadirannya disini disambut baik oleh Acil dan sepupu sepupunya.namun,tetap saja rasa malu sering menggelayut dihatinya.
Ia hidupkan lagi mesin motornya,lalu bergegas kembali kerumah.dipasar pasti Acil Imar sudah siap dengan dagangannya.dan ia harus segera membantuinya.dengan kecepatan sedang Ibnu pun meninggalkan Universitas itu.

Tidak ada komentar: