Rabu, 06 Januari 2010

CATATAN.2;Namanya EVA




Sesampainya dirumah,Ibnu bergegas memarkir motornya dekat warung Acil Imar.sementara Acilnya yang tau kalau kemenakannya itu telah pulang.ia langsung menyambutnya.

"Darimana jam segini baru pulang?".tanya Acil Imar pada Ibnu yang hendak masuk kerumah.
"Anu Cil,tadi hampir nabrak orang.apa nyebrang gak lihat lihat.hampir aja celaka".jawabnya sambil menoleh kearah Acilnya itu.
Mendengarnya cerita Ibnu yang hampir menabrak orang,Acil Imar pun agak kaget,lalu sedikit mendekat kepadanya.
"Terus terus,bagaimana dengan orang itu,Ibnu?".tanyanya cemas
"Syukur gak apa apa cil.tak terjadi kecelakaan.kami yang sama sama salah,ulun naik motor pikiran kemana mana.dia yang menyebrang gak lihat kanan jiri dulu hehehe.." jawab Ibnu santai.
"O.jadi begitu.makanya hati hati kalau lagi berkendaraan"kata Acil menasehati
"Inggih Cil.ulun akan lebihhati hati"
Ketika ia akan melangkah masuk,Acilnya bertanya lagi
"Laki laki apa perempuan Ibnu orang yang hampir kamu tabrak itu?"
"Perempuan Cil,cantikbanget lagi orangnya"
"I-ya kah?"ucap Acil Imar setengah tertawa

Didalam,Ibnu menaruh kembali helmnya.lalu naik kekamar untuk kemudian mengganti pakaian.tak lama,ia keluar dengan baju biru kesukaannya dan siap membantui Acilnya berjualan.

Saat sudah diwarung,dilihatnya Acil tengah memanaskan kuah dikompor.
"Oi Cil.pas ulun gak ada tadi,bayak orang kesinikah?"
"Oh.baru satu orang,si Imah tetangga jualan kita itu?"
"Iyakah..emm,Cil.kenapa yo si Acil imar itu suka banget makan disini ya?"
"Lho..bagus kan,warung kita jadi ramai Ibnu!"
"Iya sih,tapi..."
Belum sempat Ibnu melanjutkan kalimatnya,Acil memotong.
"Tapi apa alasan dia suka makan disini...?".kata Acil memastikan.mendengarnya,Ibnu hanya mengangguk mengiyakan.

"Kamu masih ingat waktu Acil kerumahmu di Plaihari?"
"Emm..ya,ingat ingat.dua atau satu setengah bulan yang lalu..e..emang kenapa Cil?"
"Waktu itukan Acil ada makan ditempatmu,nah waktu itu dibawakan ketupat.pas Acil coba,rasanya kok beda,enak banget.Acil kira mamamu yang buat,tapi katanya bukan,tapi kamu.nah kok jadi penasaran,Acil tanya saja pada mamamu apa rahasianya.kataMamamu sebelum semua bahan bahannya dicampurkan,biasanya kamu tambahkan ini itu dulu katanya.setelah faham penjelasan mamamu,habis pulang dari Plaihari,dirumah Acil langsung praktekan,tapi disoto.

"Pas yang pertama Acil rasa masih biasa.terus yang kedua agak lumayan,dan yang ketiga kalinya..kamu lihat sekarang hasilnya.memang kelihatannya sama saja,tapi Acil merasa ada sesuatu yang berbeda dirasanya.yang itulah sebabnya Ibnu,kenapa kok warungnya Acil jadi banyak pelanggan setianya.ya karena resep darimu yang dikatakan oleh mamamu Ibnu." ungkap Acil jujur

Mendengar penuturan Acilnya tersebut.Ibnu seakan tak percaya.lalu ia coba menyanggahnya
"Ah pian ini,bukannya soto pian memang dasarnya enak dan lebih murah?"
"Acil pikir juga dulu begitu.tapi kalau dibandingkan sebelum Acil pakai resep darimu,jauh sekali bedanya. kalau soal lebih murah,itu kurang lebih aja kok Ibnu.Acil berani bilang seperti ini memang karena resep darimu Ibnu."yakin Acil pada Ibnu.

Karena dikatakan seperti pun,Ibnu hanya bisa garuk garuk kepala.ia hanya merasa tak menyangka kalau itu rahasia dari Acil Imar.rasa malu pun ia rasa saat itu juga.tak disangka hal yang sepele baginya,ternyata begitu berharga bagi Acilnya.

Kemudian ia tata piring piring yang ada dekat cucian.lalu ditaruhnya diatas meja.ia lap semua dengan serbet sambil duduk dikursi.sesekali ia lihati orang orang yang hilir mudik silih berganti.

Waktu pagi warung Acil Imar tak terlalu banyak pengunjung.tapi bila sudah diatas jam sepuluh,jangan harap ia bisa duduk,kadang hanya ingin minum saja pun sampai tak jadi.karena ramainya pembeli yang berdatangan.
Disela ia masih me-lap-i piring,Acil mengajaknya bicara.

"Ibnu,kamu disini sudah ada sebulankah?".tanya Acil
"Belum sampai,baru sekitar dua puluh lima harian Cil.".jawabnya sambil menolehkan wajahnya kearah Acilnya itu.
"Emm..berarti lima hari lagi kamu gajian nih".seloroh Acil
"Hah!gajian,kan ulun disini cuma bantuin pian,bukan buat nyari gajih.ulun ikhlas kok cil."kata Ibnu dengan jujur
"Hei.Acil ni paling anti meras keringat orang tanpa memberi gaji,apalagi kamu kemanakan Acil,jadi itu harus dan kamu tak boleh menolak,nanti Acil marah lho" balas Acil Imar

Ibnu hanya tersenyum saat Acil Imar berkata seperti itu.tapi dalam hatinya ada rasa sungkan.ia benar benar tak mengharap gaji.ia ikhlas membantu,asal diberi makan saja sudah cukup.

Ia jadi ingat akan yang baru saja dialami keluarga ini.suami Acil meningal karena kangker sebulan yang lalu,dan juga yang dialami anak belia yang sulung,suaminya meninggal karena kecelakaan.sungguh tragis nasib mereka.dan kini, Acil Imarlah tulang punggung keluarga ini.dan bila teringat itu,ia jadi tak enak hati bila harus menerima gaji.walaupun sebenarnya ia memerlukannya untuk kebutuhannya.

Saat masih larut dalam lamunannya,Acil Imar menegurnya.
"Ibnu ada orang beli"
"Oh!inggih".sentaknya kaget.lalu segera menyambut pembeli yang datang.sedang Acil Imar hanya geleng geleng kepala sambil tersenyum melihat tingkah kemankannya.

****

Tidak ada komentar: